Di era kolonial Belanda, kota Sawahlunto sempat berjaya sebagai salah satu penghasil batubara di Indonesia. Cikal bakal Sawahlunto dijadikan sebuah kota juga berkat adanya penemuan tambang batubara di sana. Kota Sawahlunto mulai memproduksi batubara pada tahun 1889. Salah satu infrastruktur besar yang dibangun Belanda untuk mendukung aktivitas tambang batubara di kota Sawahlunto adalah membangun jalur kereta api yang menghubungkan kota Sawahlunto dengan kota Padang. Jalur kereta api tersebut selesai dibangun hingga kota Sawahlunto pada tahun 1894. Sejak angkutan kereta api dioperasikan, produksi Batubara di kota Sawahlunto terus meningkat hingga mencapai ratusan ribu ton per tahun. Sayangnya saat ini jalur kereta api Padang-Sawahlunto sudah banyak yang tidak aktif lagi. Rencananya pemerintah akan menghidupkan kembali jalur kereta api Padang-Sawahlunto sebagai salah bagian dari jalur kereta api trans Sumatera yang kelak akan menghubungkan kota Padang hingga kota Pekanbaru.
Sawahlunto tempo dulu |
Dengan menurunnya tingkat perekonomian kota Sawahlunto dan ramainya penduduk yang meninggalkan kota tersebut, kota Sawahlunto sempat dijuluki sebagai kota hantu. Namun pemerintah kota Sawahlunto tidak tinggal diam melihat kondisi miris yang dialami kotanya. Berbagai upaya dilakukan untuk menghidupkan kembali perekonomian kota Sawahlunto. Salah satunya adalah menggenjot sektor pariwisata.
Pemandangan kota Sawahlunto dari udara (foto : aktual.com) |
Kantor PT Bukit Asam (foto : minangtourism.com) |
Objek wisata yang menjadi unggulan kota Sawahlunto adalah atraksi aktivitas tambang, dimana pengunjung dapat melakukan napak tilas pada areal bekas penampangan batubara. Objek wisata ini diberi nama Lubang Suro yang diambil dari nama seorang mandor pekerja paksa, Mbah Suro. Tidak jauh dari Lubang Suro, didirikan gedung info box yang menyediakan berbagai informasi tentang sejarah pertambangan batubara di kota Sawahlunto.
Kota Sawahlunto juga memiliki beberapa objek wisata lainnya. Diantaranya adalah kebun binatang yang memiliki luas sekitar 40 hektar dan Resort Wisata Kandi dengan luas 393,4 hektar. Sawahlunto juga memiliki tiga danau yang terbentuk dari bekas galian penambangan batubara. yaitu Danau Kandi, Danau Tanah Hitam, dan Danau Tandikek. Selain itu di kota Sawahlunto juga terdapat waterboom yang dikenal dengan nama Waterboom Sawahlunto.
Berkat perhatiannya terhadap bangunan-bangunan cagar budaya peninggalan Belanda, kota Sawahlunto mendapat penghargaan Real Wonder of World 2015 dari Kementrian Pariwisata sebagai destinasi wisata heritage. Selain mengandalkan destinasi wisata haritage, kota Sawahlunto juga gencar melakukan aneka pergelaran budaya untuk mendatangkan wisatawan. Salah satunya adalah Sawahlunto International Songket Carnival yang menghadirkan aneka kreasi dari songket Silungkang. Songket silungkang sendiri merupakan songket asli kota Sawahulunto. Selain itu ada juga Festival Wayang Nusantara yang menampilkan pertunjukan aneka wayang asli Indonesia.
Sawahlunto International Songkat Carnival (foto : rayapos.com) |
0 comments:
Post a Comment